Hemofilia? Penyebab, Penetalaksanaan, dan komplikasi
A.
Definisi
Hemofilia.
Hemofilia
adalah gangguan pendarahan konginetal gen X yang disebabkan oleh defisiensi
faktor koagulasi VIII (Hemofilia A) atau Faktor IX (Hemofilia B). Defisiensi
ini adalah hasil mutasi gen faktor pembekuan darah (Srivastava et al, 2012). Hemofilia biasanya
menyebabkan sulitnya darah koagulasi sehingga menyebabkan pendarahan spontan
pada otot, sendi, atau organ internal. Diperlukan terapi preventif untuk
mencegah pendarahan berulang dengan faktor koagulasi (Bauer, 2015).
B.
Etiologi.
Hemofilia
mempengaruhi Laki-laki dari gen carrier
ibu. Gen Faktor VIII dan gen Faktor IX rentan terhadap mutasi, dan sebanyak 1/3
dari semua kasus adalah hasil mutasi spontan dimana sebelumnya tidak ada
riwayat keluarga (Srivastava et al,
2012).
C.
Epidemiologi.
Hemofilia diperkirakan terjadi pada 1 banding 10.000
kelahiran. Estimasi ini berdasarkan survey global tahunan, bahwa pasien
Hemofilia sekitar 400.000 pasien. Hemofilia A terdapat 80-85% dari total
populasi Hemofilia (Hemofilia B lebih jarang) (Srivastava et al, 2012).
D.
Patofisiologi.
Pada
manusia, hati adalah sumber utama produksi faktor VIII, yang kemudian
disekresikan dan diedarkan dalam aliran darah dalam bentuk tidak aktif.
Jaringan lain yang memproduksi faktor VIII termasuk endotelium. Sedangkan untuk
faktor IX diproduksi sepenuhnya di Hati (Bauer, 2015). Mekanisme tubuh untuk
koagulasi darah termasuk hemostasis tubuh. Beberapa protein kunci diaktifkan
secara berurutan yang pada akhirnya membentuk sumbatan fibrin atau bekuan
darah. Faktor jaringan: kompleks faktor VII memulai koagulasi dengan
mengaktifkan faktor IX ke faktor IXa. Ini menghasilkan pembentukan sejumlah
kecil trombin, mengaktifkan kofaktor V dan VIII. Faktor IX mengalami aktivasi
umpan balik oleh trombin. Kompleks antara f VIII a dengan IX a memperkuat
aktivasi faktor X ke X a. Kompleks prothrombinase f V dan fV a mengaktifkan
protrombin menjadi trombin. Fibrinogen dipecah menjadi monomer fibrin larut
oleh trombin, yang juga mengaktifkan faktor XIII ke XIII a, menghasilkan
matriks fibrin. Trombin kemudian mengaktifkan platelet dengan membelah reseptor
yang diaktifkan oleh protease (Bauer, 2015).
Berikut
merupakan tingkat keparahan dari Hemofilia:
Tingkat
Keparahan
|
Faktor
Pembekuan Darah
|
Pendarahan
|
Severe
|
<
1 IU/dl (<0.01 IU/ml) atau < 1% dari normal
|
Pendarahan
spontan ke persendian atau otot, terutama karena tidak adanya hemostatik
dalam tubuh.
|
Moderate
|
1-5
IU/dl (0.01-0.05 IU/ml) atau 1-5 % dari normal
|
Pendarahan
spontan sesekali, pendarahan berkepanjangan apabila terjadi luka ringan ataupun
operasi.
|
Mild
|
5-40
IU/dl (0.05-0.4 IU/ml) atau 5-<40% dari normal
|
Pendarahan
spontan jarang terjadi. Pendarahan hebat dengan trauma besar atau pembedahan.
|
Tabel
1 Hubungan Pendarahan dan level Faktor Pembekuan Darah (Srivastava et al, 2012)..
E.
Tanda dan Gejala.
Anak-anak
dengan hemofilia biasanya didiagnosis pada tahun pertama kehidupannya (ABDR,
2012). Karakteristik Hemofilia yaitu pendarahan, biasanya seumur hidup.
Beberapa anak dengan hemofilia berat mungkin tidak memiliki gejala pendarahan hingga
mereka mulai berjalan atau berlari. Pasien hemofilia mengeluarkan darah secara
berlebihan saat mengalami luka atau pembedahan. Kebanyakan pendarahan terjadi
dalam tubuh seperti sendi atau otot. Tingkat keparahan pendarahan berkolerasi
dengan tingkat faktor pembekuan darah. Apabila tidak ditangani dengan baik,
dapat mengancam jiwa pasien (Srivastava et
al, 2012). Jika ada riwayat keluarga hemofilia, sampel darah bayi diuji
setelah lahir untuk memeriksa faktor VII dan faktor IX, tes harus diulang ketika
bayi berusia enam bulan untuk memastikan hasilnya (ABDR, 2012).
Anak-anak
dengan hemofilia dapat diimunisasi pada usia normal, suntikan dapat diberikan
secara subkutan kedalam jaringan lemak dibawah kulit dibandingkan ke dalam
muskulus.
F.
Pemeriksaan Penunjang.
Hemofilia adalah gangguan terkain kromosom X yang
biasanya mempengaruhi laki-laki, sedangkan perempuan adalah carier. Faktor
pembekuan rata-rata pada carier Hemofilia lebih dari 50% dari tingkat yang
ditemukan pada populasi sehat. Tingkat faktor VIII meningkat secara signifikan
dalam kehamilan. Tingkat faktor IX juga meningkat (Srivastava et al, 2012).
Tes skrining digunakan untuk mengidentifikasi
potensi penyebab pendarahan, semisal jumlah faktor pembekuan darah (Faktor VIII
dan faktor IX), waktu pendarahan, waktu prothrombin (PT), dan Activated partial
Thromboplastin time (APTT) (Srivastava et
al, 2012).
G.
Penatalaksanaan
Terapi.
Perawatan Hemofilia
melibatkan resiko. Terapi awal hemofilia melibatkan transfusi plasma, yang
tidak efisien karena volume yang besar diperlukan untuk mencapai tingkat faktor
yang memadai. Awal tahun 1980an sekitar 90% psien hemofilia terinfeksi virus
HIV dan Virus hepatitis. Untuk itu dibuat pengenbangan produk yang tidak
membawa transmisi virus pada tahun 1990an. Untuk itu penyaringan donor darah,
pemurnian plasma, inaktivasi virus juga dilakukan (Bauer, 2015).
1.
Konsentrat
faktor VIII
Botol konsentrat
faktor tersedia dalam dosis 250 IU, 500 IU, 1000 IU. Untuk faktor VIII
diinfuskan sosis 2IU/dl/KgBb. Waktu paruh sekitar 8-12 jam. Faktor VIII
diinfuskan IV lambat dengan laju tidak melebihi 3ml permenit pada dewasa dan
100 unit permenit pada anak-anak (Srivastava et al, 2012).
2.
Konsentrat
faktor IX.
Konsentrat
faktor IX adalah pengobatan pilihan untuk hemofilia B. Konsentrat faktor IX
berasal dari plasma atau rekombinan. Vial dari konsentrat FIX tersedia dalam
dosis mulai dari 250 IU, 500 IU, 1000 IU, bila tidak ada inhibitor setiap unit
faktor IX diinfuskan dengan injeksi lambat.
3.
Fresh Frozen
Plasma.
Karena
FFP mengandung semua faktor koagulasi, kadang-kadang diberikan untuk mengobati
defisiensi faktor koagulasi. Kriopresipitat lebih disukai daripada FFP untuk
pengobatan Hemofiia A. Karena kekhawatiran tentang keamanan dan kualitas FFP,
penggunaanya tidak disarankan, jika bisa dihindari. Namun karena FFP dan plasma
yang mengandung cryo, maka dapat digunakan untuk pengobatan hemofilia B
dinegara-negara yang maju. Satu ml FFP setara dengan i unit faktor. Umumnya
sulit untuk mencapai tingkat FVIII lebih tinggi dari 30 IU dengan FFP saja.
Dosis awal yang diterima adalah 15020ml/kg Bb (Srivastava et al, 2012).
4.
Kriopresipitat.
Disiapkan
dengan pencairan lambat dari FFP pada 4°C selama 10-24 jam. Tampaknya sebagai
endapan larut dari centrifugasi. Kriopresipitat mengandung jumlah FVIIIyang
signifikan sekitar 3-5 unit/ml. Kriopresipitat terbuat dari satu unit FFP
(200-250ml) dapat berisi 70-80 unit FVIII dengan volume 30-40ml (Srivastava et al, 2012).
5.
Desmopressin.
Desmopressin
adalah analog sintetis vasopressin yang meningkatkan faktor VIII. Merupakan
pilihan terapi untuk hemofilia A ringan atau sedang. Keuntungan dari DDAVP
adalah biaya lebih rendah dan resiko penularan virus lebih rendah dari FFP.
DDAVP juga berguna untuk mengontrol pendarahan dan mengurangi perpanjangan
waktu pendarahan yang terkait dengan gangguan hemostasis termasuk kelainan
trombosit bawaan. Dosis tunggal 0.3µg/KgBb baik secara IV atau Subkutan dapat
meningkatkan F VIII hingga enam kali lipat. DDAVP biasanya diencerkan sebanyak
50-100ml garam fisiologis dan diberikan dengan infus intravena lambat selama
20-30 menit (Srivastava et al, 2012).
6.
Asam
Traneksamat.
Asam
traneksamat adalah agen antifibrinolitik yang secara kompetitif menghambat
aktivasi plasminogen menjadi plasmin. Asam traneksamat biasanya diberikan
sebagai tablet oral tiga hingga empat kali sehari. Juga dapat diberikan melalui
infus intravena dua hingga tiga kali sehari. Efek samping yang terjadi biasanya
mual, muntah, diare. Obat dikontraindikasikan untuk pengobatan hematuria
ataupun pasien kekurangan faktor IX yang menerima konsentrat protrombin
kompleks (Srivastava et al, 2012).
H.
Komplikasi.
1.
Pendarahan Sendi
(Hemarthrosis).
Pendarahan sendi
berulang ditandai oleh hilangnya gerakan yang cepat dan nyeri serta
pembengkakan pada sendi. Onset pendarahan pada sendi sering digambarkan sebagai
kesemutan dalam sendi. Berikan dosis konsentrat faktor yang tepat untuk
mengurangi pendarahan pasien.
2.
Pendarahan Otot.
Pendarahan otot
didefinisikan sebagai pendarahan berulang pada otot yang ditentukan secara
klinis karena terlihat. Gejala-gejala pendarahan otot adalah sakit di otot,
sakit apabila otot direnggangkan, nyeri jika otot berkontraksi secara aktif.
3.
Pendarahan CNS.
Merupakan
kegawatdaruratan medis. Semua cedera kepala pasca trauma perlu dicurigai
seperti sakit kepala signifikam sebagai pendarahan intrakranial. Siperlukan
evaluasi medis langsung dan rawat inap, serta hasil CT scan dan MRI. Sakit
kepala yang parah juga bisa merupakan manifestasi meningitis pada pasien dengan
gangguan sistem kekebalan.
DAFTAR
PUSTAKA
Bauer,
Kanneth A. 2015. Current Challenges in the Manageent of Hemophilia.
Haemophilia
Foundation Australia. 2013. Haemophilia Booklet.
Srivastava,
Alok; Andrew K.Brewer; Eveline P. Mauser-Bunschoten; Nigel S.Key.2012.
Guidelines for the Management of Hemophilia. DOI:
10.1111/j.1365-2516.2012.0212.02909
Comments